Bertambahlah jumlah kaum Muslim
hingga kaum Quraisy merasakan ketakutan. Mereka mulai melihat bahawa
penggunaan cara-cara kekerasan tidak selalu berhasil. Kemudian mereka
memilih untuk menggunakan cara baru, yaitu bagaimana seandainya
mereka menggunakan perdamaian dan perundingan. Orang-orang Quraisy
mengutus 'Utbah bin Rabi'ah, seorang lelaki yang terkenal dengan
kecerdasan dan kebijaksanaan sebagai juru runding.
'Utbah berkata kepada Rasul saw:
"Wahai anak saudaraku, kami mengetahui kedudukanmu di sisi kami
dari sisi nasab. Engkau datang kepada kaummu dengan suatu hal yang
besar di mana engkau memisahkan kelompok-kelompok mereka. Maka
dengarkanlah aku kerana aku ingin berbicara tentang beberapa hal.
Barangkali engkau akan menerima sebahagiannya." Rasul saw
berkata: "Silakan berbicara wahai 'Utbah." 'Utbah berkata:
"Jika engkau menginginkan harta nescaya kami akan mengumpulkan
harta bagimu, sehingga engkau akan menjadi orang yang paling kaya di
antara kami, dan jika engkau menginginkan kehormatan, maka kami akan
memberi kehormatan itu bagimu dan jika engkau menginginkan kekuasaan,
maka kami akan menyerahkan kekuasaan padamu dan jika engkau terkena
penyakit yang engkau tidak mampu menolaknya dari dirimu, maka kami
akan mencarikan tabib bagimu dan kami akan mengeluarkan harta kami
sehingga engkau sembuh."
Demikianlah 'Utbah mengakhiri
pembicarannya. Kemudian ia menunggu reaksi Nabi. Lalu Rasulullah saw
berkata:
"Dengan
nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Haa
miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab,
untuk kaum yang mengetahui. Yang membawa berita gembira dan yang
membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya);,
maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: 'Hati kami
berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami
kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu
ada dinding, maka bekerjalah kamu; Sesungguhnya kami bekerja (pula).'
Katakanlah: 'bahawasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahawasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha
Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadanya dan
mohonlah ampun kepadanya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang
yang mempersekutukan-(Nya) (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan
zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat. Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh mereka
mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.' Katakanlah:'
Sesungguhnya patutkah kamu
kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan
sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta
alam. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kukuh di
atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-
makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai
jawapan) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia
berkata kepadanya dan kepada bumi: 'Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.' Keduanya menjawab: 'Kami
datang dengan suka hati.' Maha Dia menjadikannya tujuh langit dalam
dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami
hiasi langit yang dekat dengan bintang- bintang yang cemerlang dan
Kami memeliharanya dengan sebaik- baiknya. Demikianlah ketentuan Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Jika mereka berpaling, maka
katakanlah: 'Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti
petir yang menimpa kaum 'Ad dan kaum Tsamud." (QS. Fushilat:
1-13)
Rasulullah saw telah menjawab
tawaran 'Utbah di mana beliau memilih untuk menghadapi tawaran dan
iming-iming tersebut dengan membaca sebahagian dari surah Fhusilat
yang merupakan salah satu surah Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah
SWT melalui malaikat Jibril. 'Utbah bangkit dari tempatnya ketika
Rasulullah saw sampai pada firman-Nya:
"Jika mereka berpaling,
maka katakanlah: 'Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti
petir yang menimpa kaum "Ad dan kaum Tsamud. " (QS.
Fushilat: 13)
'Utbah berdiri dalam keadaan
takut dan segera menuju kaum Quraisy. Bayang-bayang azab dunia
terngiang di telinganya. Dan ketika ia sampai ke orang Quraisy, ia
mengusulkan agar orang-orang Quraisy membiarkan apa saja yang
dilakukan Muhammad. Gagallah perundingan dengan seorang Muslim yang
pertama, yaitu Rasulullah saw. Gagalnya perundingan tersebut sebagai
bentuk pemberitahuan tentang kembalinya tindak kekerasan dan
penyeksaan terhadap sahabat-sahabat Rasul saw. Kemudian kaum musyrik
semakin meningkatkan penindasan terhadap kaum Muslim. Rasulullah saw
sangat menderita melihat hal yang dirasakan para sahabatnya. Ketika
kaum Muslim membayar harga yang paling mahal sebagai konsekuensi dari
akidah yang mereka anut dan mereka dengan sabar memikul penderitaan
di jalan Allah SWT, maka Rasulullah saw mengisyaratkan mereka untuk
berhijrah. Beliau memberikan izin untuk berhijrah bagi orang yang
ingin hijrah.
Kemudian Dimulailah gelombang
hijrah. Itu terjadi pada lima tahun dari turunnya wahyu setelah dua
tahun diumumkannya dakwah. Maka berhijrahlah ke Habasyah enam belas
orang Muslim. Mereka keluar secara rahsia dan mereka menuju ke laut.
Mereka berlayar meskipun orang- orang yang tinggal di gurun
sebenarnya tidak ingin berlayar kerana mereka takut dari laut dan
mereka yakin bahawa manusia yang berlayar di laut akan menjadi ulat
di atas kayu-kayu yang berenang.
Selanjutnya, gelombang hijrah
yang kedua pun dimulai. Kali ini diikuti oleh delapan puluh tiga
orang laki-laki dan sembilan belas perempuan. Kemudian orang-orang
Quraisy berusaha untuk mengirim beberapa orang dan tetap berusaha
menyeksa dan menyakiti orang-orang yang berhijrah. Mereka mengutus ke
Najasyi, Raja Habasyah, orang-orang yang dapat mempengaruhinya untuk
menentang orang-orang yang berhijrah. Mereka menuduh kaum Muslim
meninggalkan agama nenek moyang mereka di Mekah dan mereka juga tidak
menganut agama Najasyi, yaitu agama Kristen. Kemudian orang-orang
Quraisy tidak lupa mengirim hadiah kepada Najasyi sebagai bentuk
suapan kepadanya. Tampaknya Najasyi seorang yang berakal lalu ia
mengutus seseorang kepada kaum muhajirin dan bertanya kepada mereka
tentang agama baru yang mereka anut. Kemudian kaum muhajirin
menceritakan kepadanya tentang Islam.
Najasyi bertanya tentang Isa lalu
mereka menjawab: "Ia adalah hamba Allah SWT dan rasul-Nya dan
roh-Nya serta kalimat-Nya yang diletakkan kepada Maryam, wanita yang
perawan yang suci." Kemudian Najasyi mengambil satu kayu kecil
dari bumi dan mengatakan: "Penjelasan tentang Isa yang kalian
katakan tidak lebih dari kayu kecil ini. Pergilah kalian dan kalian
akan aman." Najasyi mengembalikan hadiah kaum Quraisy dan
mengatakan: "Allah tidak mengambil suap dariku sehingga aku
tidak mungkin mengambilnya dari kalian."
Demikianlah kaum muhajirin
tinggal di negeri yang damai, yaitu Habasyah negeri yang dipimpin
oleh seorang laki-laki yang diberi kematangan berfikir di mana ia
cenderung mengimani karakter al-Masih sebagai seorang manusia. Dan
salah satu keajaiban kekuasaan Ilahi adalah bahawa masyarakat Islam
yang berhijrah tersebut tidak mengalami kelemahan dalam akidahnya,
namun mereka justru merasakan kekuatan.
Allah SWT memperkuat dakwah Islam
dengan masuknya dua lelaki besar dalam Islam, yaitu Hamzah, paman
Nabi dan Umar bin Khatab. Kedua orang itu mempunyai keperibadian yang
tangguh di Mekah di mana masing-masing dari mereka terkenal di
tengah-tengah kaumnya. Allah SWT berkehendak untuk memberi Islam dua
orang lelaki yang tangguh di Mekah dan Allah SWT telah meletakkan
rahmat yang terpancar dalam hati mereka. Hamzah masuk Islam kerana
dorongan emosi, fanatisme, dan rahmat terhadap orang-orang yang tidak
memberikan pembelaan kepada Muhammad saw.
Salah seorang perempuan berkata
kepada Hamzah: "Seandainya engkau melihat apa yang diperoleh
oleh anak dari saudaramu, Muhammad dari Abil Hakam bin Hisyam (Abu
Jahal). Sungguh Abu Jahal telah mencelanya dan menyakitinya,
sedangkan Muhammad hanya terdiam dan tidak mengatakan apa-apa."
Mendengar pengaduan itu, darah mendidih berkobar dalam urat-urat
Hamzah. Dengan kemarahan yang sangat, Hamzah mencari-cari Abu Jahal
lalu ia melihatnya sedang duduk-duduk di tengah-tengah kaumnya.
Hamzah mengangkat tangannya lalu memukulkannya ke kepala Abu Jahal
sambil berteriak: "Apakah engkau akan mengejek Muhammad, padahal
aku berada di atas agamanya."
Demikianlah permulaan keislaman
Hamzah. Hamzah adalah seorang yang mulia di mana perasaannya berkobar
ketika ia melihat anak saudaranya diseksa dan dianiayai dan dia tidak
mendapati seorang pun yang membelanya. Beginilah sebab-sebab pertama
dari keislaman Hamzah, namun sebab yang paling dalam dan yang paling
menentukan adalah rahmat Allah SWT yang telah dianugerahkan
kepadanya, meskipun Hamzah tidak mengetahuinya, yaitu rahmat yang
mendorongnya untuk tidak membiarkan seseorang pun menyakiti lelaki
yang berdakwah di jalan Allah SWT hanya kerana ia seorang yang lemah
dan tidak mempunyai penolong. Jadi, Hamzah adalah penolongnya.
Sedangkan Umar bin Khatab
terkenal dengan ketangguhan sikap dan kekerasan perilaku. Seringkali
kaum Muslim mendapat seksaan darinya ketika ia masih menganut
jahiliah. Dan salah seorang yang mendapatkan seksaan darinya adalah
Amir bin Rabi'ah dan isterinya. Amir berserta isterinya menetapkan
untuk berhijrah ke Habasyah. Umar bin Khatab menemuinya lalu ia
mendapati isteri Amir dan tidak menemukan suaminya. Umar melihat
wanita itu sedang bersiap-siap untuk berhijrah lalu Umar berkata
(saat itu sumber rahmat telah memancar pada dirinya): "Apakah
engkau akan pergi wahai Ummu Abdillah?" Dengan nada jengkel,
wanita itu berkata: "Benar, demi Allah kami akan keluar dan
menuju tanah Allah SWT. Engkau telah menyeksa kami dan telah memaksa
kami untuk berhijrah. Kami akan pergi sehingga Allah SWT akan
memberikan kelapangan kepada kami." Umar berkata: "Mudah-mudahan
Allah SWT menemanimu."
Wanita itu melihat tanda-tanda
kelembutan dan kesedihan pada wajah Umar. Dan ketika suaminya
kembali, ia menceritakan kepadanya bahawa ia sangat berharap kepada
keislaman Umar. Lalu suaminya menjawab: "Ia tidak mungkin masuk
Islam sampai keldai Umar masuk Islam." Ia mengatakan demikian
kerana ia melihat betapa bengisnya dan kejamnya Umar. Namun perasaan
lembut wanita itu lebih kuat daripada pandangan fikiran lelaki itu
dan keputusannya yang terlalu cepat kepada Umar.
Belum
lama mereka berhijrah sehingga Umar masuk Islam. Orang-orang
muhajirin mengeluarkan penutup sumur rahmat dalam dirinya. Dan
barangkali Umar merasa kebingungan lalu ia menetapkan untuk membunuh
Rasul saw. Dengan menghunuskan pedangnya, ia pergi menuju Rasul saw.
Kemudian ia bertemu dengan orang-orang yang memergokinya dalam
keadaan kebingungan, lalu mereka bertanya kepadanya, hendak ke mana
ia akan pergi? Umar menjawab: "Aku hendak ke Muhammad aku akan
membunuhnya sehingga orang-orang Arab merasa tenteram." Dengan
nada mengejek, seseorang berkata: "Tidakkah engkau memulai dari
keluargamu sebelum engkau membunuh Muhammad." Dengan
nada jengkel, Umar berkata: "Apa yang terjadi pada keluargaku?"
Lelaki itu menjawab: "Saudara perempuanmu dan suaminya telah
masuk Islam, sedangkan engkau tidak mengetahuinya." Umar segera
mencari saudara perempuannya dan suaminya di mana saat itu keduanya
sedang membaca Al-Qur'an.
Ketika
melihat Umar, mereka menyembunyikan Al-Qur'an. Umar
bertanya: "Sepertinya aku mendengar suara bisikan dari luar."
Tetapi saudara perempuannya mengatakan: "Tidak." Kemudian
suaminya ikut campur dan Umar pun tampak marah kepadanya. Wanita itu
bangkit untuk membela suaminya lalu Umar memukulnya sehingga darah
segar mengucur darinya. Darah itu justru membangkitkan sumber rahmat
dari diri Umar. Akhirnya, Umar mengambil air wuduk agar mereka
mengizinkan untuk membaca Al-Qur'an. Umar pun membacanya. Belum lama
Umar membacanya sehingga ia pergi menemui Rasul saw.
Tanpa
ragu, Umar memilih untuk masuk Islam. Dan pedang yang dibawanya itu
menjadi pedang yang paling kuat yang dengannya ia mempertahankan
agama Muhammad saw. Kemudian
ia mengetuk pintu untuk menemui Rasul saw di mana saat itu beliau
bersama sahabatnya. Dari celah-celah pintu, sahabat Nabi melihat Umar
bin Khatab sedang menghunuskan pedang. Kemudian sahabat itu kembali
kepada Nabi dengan membawa berita yang sangat mengejutkan ini. Ia
menduga bahawa Umar datang dengan maksud jahat.
Rasulullah saw bangkit dan
memerintahkan para sahabatnya agar membiarkan Umar. Rasulullah saw
membukakan pintu Kemudian ia menyambut Umar bin Khatab dan bertanya
kepadanya apa yang diinginkannya. Umar menjawab bahawa ia datang
untuk mengucapkan dan bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan-Nya.
Orang-orang Quraisy mulai merasa
bahaya akan mereka temui setelah keislaman Umar dan Hamzah. Para
tokoh-tokoh Mekah dan orang-orang yang dihormati telah masuk Islam.
Sebelum Umar masuk Islam, kaum Muslim bertawaf di Ka'bah secara
rahsia dan dengan malu-malu, namun ketika Umar masuk Islam ia
menampakkan keislamannya dan ia menantang orang yang mencegahnya
untuk bertawaf, bahkan banyak orang-orang memberikan jalan padanya
saat tawaf. Mekah mengetahui bahawa ia menghadapi suatu dakwah yang
akan dapat mengubah jazirah Arab.
Rasa ketakutan mulai menghantui
para pemuka Quraisy dan mereka menetapkan metode baru untuk
menghadapi kaum Muslim. Mereka yang sebelumnya menggunakan metode
penghinaan dan pengejekan kini mulai mencuba untuk memblokade kaum
Muslim secara ekonomi dan kemanusiaan. Kaum musyrik mengadakan
perkumpulan dan pertemuan untuk memboikot kaum Muslim. Mereka
mengadakan pertemuan itu di Ka'bah, sebagai penghormatan kepadanya.
Orang-orang musyrik menghormati Ka'bah meskipun mereka memenuhinya
dengan berbagai macam patung yang mereka sembah dalam rangka
mendekatkan mereka kepada Allah. Pasal kesepakatan itu menetapkan,
hendaklah penduduk Mekah tidak menjual barang apapun kepada kaum
Muslim dan hendaklah mereka tidak menikah dengan kaum Muslim. Dengan
ketetapan yang kejam tersebut, mereka ingin menghancurkan kaum Muslim
dan membunuh perekonomian mereka. Rasulullah saw dan orang-orang yang
beriman kepadanya terpaksa berlindung di dusun Bani Hasyim. Mereka
dilindungi oleh keturunan Bani Muthalib, baik mereka orang-orang
kafir mahupun orang-orang beriman kecuali musuh Allah SWT, Abu Jahal
di mana ia bersama orang-orang Quraisy menentang kaumnya.
Kemudian Dimulailah blokade
ekonomi terhadap kaum Muslim di mana tidak ada makanan dan minuman
yang datang kepada mereka, sehingga penderitaan yang sulit kini
dialami oleh sahabat-sahabat Nabi. Ketika kafilah perdagangan datang
ke Mekah dan salah seorang dari sahabat Nabi menemui mereka di pasar
untuk membeli makanan untuk keluarganya, maka Abu Lahab berdiri dan
berkata kepada para penjual, wahai para pedagang, mahalkanlah
dagangan kalian terhadap sahabat- sahabat Muhammad, sehingga mereka
tidak mampu membelinya dan aku menjamin kerugian yang kalian alami,
bahkan aku akan membeli apa saja yang ingin mereka beli dari kalian.
Mendengar hal tersebut, para
pedagang pun menjual barang dagangannya dengan harga yang tidak
wajar, sehingga seorang Muslim kembali ke rumah keluarganya tanpa
membawa sedikit pun makanan. Kemudian pedagang itu pergi ke Abu Lahab
dan meminta kepadanya agar membeli barang yang ingin dibeli orang
Muslim. Demikianlah peperangan tersebut terus terjadi sehingga kaum
Muslim merasakan penderitaan yang sangat luar biasa di mana mereka
dalam keadaan kelaparan dan kekurangan pakaian yang layak. Peperangan
ekonomi ini terjadi selama tiga tahun penuh. Saking menderitanya para
sahabat sampai-sampai Sa'ad bin Abi Waqas pernah keluar pada suatu
hari untuk memenuhi hajatnya, lalu ia mendengar suara gemerencing di
bawah air kencing. Tiba-tiba ia menemukan sepotong kulit unta yang
kering lalu ia mengambilnya dan membasuhnya. Kemudian ia membakarnya
dan mencucinya dengan air sampai bersih lalu ia menjadikannya makanan
selama tiga hari.
Selama tiga tahun tersebut wahyu
tetap turun kepada Rasul saw dan seakan-akan ia melupakan bencana
yang keras ini. Allah SWT ingin mendidik para pengikut agama-Nya agar
mereka mampu memikul segala penderitaan.
Meskipun kaum Muslim mendapatkan
berbagai ujian selama tiga tahun tersebut, tetapi aktiviti dakwah
Islam tidak pernah padam dan tidak pernah surut. Kaum Muslim bertemu
orang-orang selain mereka pada musim haji lalu mereka berbicara
kepada orang-orang tersebut tentang keberadaan Allah SWT dan mereka
meminta kepada para penghujung itu untuk mencari rahmat Allah SWT dan
ampunan-Nya. Keteguhan kaum Muslim dan keberanian mereka telah
memikat banyak orang sehingga mereka masuk Islam. Bahkan orang-orang
musyrik mulai bertanya kepada diri mereka dan mempertanyakan
kebenaran apa tindakan mereka. Lalu kecemburuan kepada kebenaran
mulai menyerang hati.
Kemudian Selesailah peperangan
ekonomi terhadap kaum Muslim di mana kaum musyrik melihat itu tidak
berdampak terlalu besar bagi kaum Muslim. Meskipun kaum Muslim
menerima penderitaan dan kerugian namun jumlah mereka tetap bertambah
dan keimanan mereka semakin kuat serta kepercayaan kepada Allah SWT
pun semakin meningkat. Lalu datanglah tahun kesedihan kepada Nabi.
Belum lama Rasulullah saw merasakan dan menghirup udara segar setelah
tiga tahun masa blokade dan beliau ingin memulai kehidupan barunya
dan dakwahnya, sehingga beliau dikejutkan dengan kematian isteri
tercintanya Ummul Mukminin Khadijah dan kematian bapa saudaranya yang
tercinta Abu Thalib.
Abu Thalib adalah seorang yang
besar yang memiliki kewibawaan di tengah-tengah kaum Quraisy,
sehingga usaha kaum Quraisy untuk menyakiti Nabi menjadi terbatas
ketika mereka berhadapan dengan "tembok perlindungan" Abu
Thalib kepada kemenakannya. Sedangkan Khadijah merupakan tempat
perlindungan dan kedamaian bagi Nabi. Ia adalah hati yang sangat
penyayang yang banyak menghibur Nabi saat beliau berdakwah. Khadijah
adalah sebaik-baik teman dan sebaik-baik isteri. Begitu juga, bagi
Khadijah Rasulullah saw adalah sebaik-baik teman, sebaik-baik suami,
sebaik-baik pembantu, dan sebaik-baik sahabat.
Rasulullah
saw sangat sedih ketika kehilangan dua orang yang sangat berpengaruh
dalam kehidupannya itu, bahkan para sejarawan menamakan tahun
tersebut dengan tahun kesedihan. Sebaliknya,
orang- orang musyrik justru bergembira dengan kesedihan Rasul saw
itu. Mereka menganggap bahawa Rasul saw tidak lagi memiliki seorang
tua yang mampu melindunginya dan tidak lagi memiliki seorang isteri
yang dapat meringankan beban penderitaannya.
Setelah
kematian dua orang tersebut, penindasan dan penganiayaan kaum Quraisy
kepada Nabi semakin meningkat dan orang-orang musyrik memilih waktu
yang tepat untuk menyembelih binatang di Mekah lalu mereka membawa
usus-usus atau jeroan dari unta dan mereka melemparkannya dan
meletakkannya di atas punggung Nabi saat beliau sujud. Kemudian
berita memilukan itu sampai kepada puteri tercintanya, Fatimah
az-Zahrah, sehingga ia segera datang dan berusaha membela ayahnya dan
membersihkan kotoran yang ada di pundak ayahnya itu. Demikianlah
kemuliaan Siti Fatimah az-Zahra yang senantiasa melindungi ayahnya.
Betapa
sedihnya Nabi saw ketika beliau melihat bahawa keadaan beliau sampai
pada batas di mana anak perempuan beliau pun turut membelanya. Namun
beliau tetap bersabar dalam berdakwah di jalan Allah SWT. Pada suatu
hari beliau berfikir untuk pergi ke Tha'if di mana di sana dihuni
oleh kaum Tha'if. Barangkali beliau berkata dalam dirinya: jika di
sini aku mendapati hati-hati yang telah membeku dan telah berhubungan
mesra dengan kebatilan lalu mengapa aku tidak pergi ke Tsaqif.
Barangkali Allah SWT akan membukakan pintu dakwah di sana. Mungkin di
sana masih terdapat hati yang akan terbuka guna menerima kebenaran.
Saat
itu kaum musyrik memperlakukan blokade umum atas dakwah yang dipimpin
oleh Rasulullah saw sehingga tekanan kepada beliau semakin meningkat
sampai pada batas di mana pergerakan dakwah tidak dapat bergerak satu
langkah pun. Keadaan demikian ini sangat menggelisahkan Nabi. Beliau
ingin untuk melepaskan belenggu yang mengikatnya. Lalu beliau
memutuskan untuk pergi ke Tha'if. Jarak antara Mekah dan Tha'if lebih
dari tujuh puluh kilo meter. Nabi
menempuh perjalanan itu dengan jalan kaki, pergi dan pulang.
Kita tidak mengetahui
pemikiran-pemikiran apa yang terlintas dalam benak Rasulullah saw
saat beliau pergi dan menemui kabilah yang kafir kepada Allah SWT
ini. Yang kita ketahui adalah bahawa beliau pergi ke sana dengan
membawa rahmat dunia dan akhirat. Tetapi mereka justru membalas sikap
baik Rasulullah saw itu dengan tindakan Jahiliah. Mereka bersikap
buruk kepada beliau dan mendustakannya. Rasulullah saw tinggal di
sana selama sepuluh hari. Beliau
mundar-mandir dari satu rumah ke
rumah yang lain dan dari pasar ke pasar yang lain dan dari satu jalan
ke jalan yang lain. Tak seorang pun yang mendengar kedatangan beliau
di sana; tak seorang pun yang mahu mendengar dakwah beliau dan tak
seorang pun yang mahu beriman kepada ajakannya. Bahkan masyarakat di
situ semakin menjadi-jadi dalam menyerang Rasulullah saw dan
mengejeknya.
Pada hari yang terakhir yang mana
beliau telah menetapkan untuk kembali ke Mekah. Rasulullah saw
berdiri di Tha'if dan mengharap kepada masyarakat di sana agar
merahsiakan kunjungannya kepada mereka sehingga pencelaan yang beliau
terima di Mekah terhadap agama yang dibawanya tidak semakin
menjadi-jadi. Tetapi penduduk Tha'if menolak permohonan yang terakhir
ini. Mereka tidak cukup melakukan hal itu tetapi mereka melakukan
perbuatan terburuk yang dilakukan manusia terhadap sesama manusia.
Mereka menahan keluarga orang-orang yang bodoh dan orang-orang biasa
untuk membentuk dua barisan dan memerintahkan mereka untuk melempari
Rasulullah saw dengan batu dan mengejeknya. Nabi keluar dari Tha'if
dan beliau mendapatkan lemparan bertubi-tubi dari keluarga Tha'if
bahkan beliau merasakan kepedihan saat kakinya terkena lemparan batu
itu sehingga darah suci mengucur dari kaki beliau.
Kemudian Rasulullah saw diusir
sehingga beliau sampai di suatu kebun yang dimiliki oleh dua orang
dari orang-orang kaya Tha'if. Di sana beliau duduk di bawah naungan
pohon anggur. Dua orang pemilik kebun itu merasa kasihan melihat
keadaan orang yang terusir dan terluka itu. Mereka membawa kepadanya
setangkai anggur dengan seorang pembantu. Pembantu mereka adalah
seorang Nasrani yang bernama Adas. Si pembantu meletakkan setangkai
anggur itu depan Rasul saw lalu beliau menghulurkan tangannya
kepadanya sambil berkata: "Bismillahirahmanirrahim (Dengan nama
Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Adas berkata kepada
Nabi, perkataan ini tidak begitu dikenal oleh penduduk negeri ini.
Nabi berkata:
"Anda dari daerah mana?"
Adas menjawab: "Aku adalah seorang Nasrani dari Nainawa."
Nabi berkata: "Apakah engkau dari desa lelaki soleh Yunus bin
Mata?" "Bagaimana engkau tahu tentang Yunus?, sambung
lelaki itu. Nabi berkata: "Itu adalah saudaraku. Ia adalah
seorang Nabi aku pun seorang Nabi."
Mendengar jawapan Rasul saw, Adas
segera merobohkan tubuhnya di depan kedua kaki Rasul saw lalu ia
menciuminya sambil menangis. Akhirnya, pembantu Nasrani itu masuk
Islam sehingga ia menambah barisan kaum Muslim. Ia adalah seorang
yang menjadi Muslim ketika Rasulullah saw berhijrah ke Tha'if. Inilah
harga yang harus dibayar Rasulullah saw selama dua minggu saat beliau
berada di Tha'if, dan kemudian beliau terkena cubaan dengan
mengucurnya darah dari kaki beliau akibat lemparan batu penghuni
Tha'if.
Kemudian Rasulullah saw kembali
ke Mekah beliau kembali dalam keadaan ditolak oleh penduduk Tha'if
dan kini beliau kembali menerima penolakan itu di Mekah. Meskipun
demikian, beliau merasakan kesedihan yang mendalam melihat sikap
kaumnya. Namun ketika kebencian semakin deras mengalir kepada beliau,
hati beliau justru semakin bersemangat dan semakin dipenuhi dengan
rahmat kemudian datanglah kepada Nabi masa di mana tampak di dalamnya
Islam asing, dan tampak di dalamnya Nabi seorang diri, tanpa
penolong.
Pada saat demikian ini ketika
manusia mulai meninggalkan Rasulullah saw lalu langit turut campur
dan terjadilah peristiwa besar dan mukjizat terbesar pada diri Nabi,
yaitu Isra' dan Mi'raj. Ia adalah mukjizat yang tidak berhubungan
dengan dakwah Islam; ia tidak datang untuk memperkuat dakwah ini atau
menetapkannya tetapi ia datang semata- mata untuk memperkuat
keteguhan Nabi dan sebagai penghormatan kepadanya. Seakan-akan Allah
SWT ingin berkata kepada Nabi, jika saja penduduk bumi tidak
memujimu, maka penduduk langit mengenal kedudukanmu dan memberikan
pujian yang layak kepadamu dan jika manusia menolak dakwahmu dan
menolak keberadaanmu, maka sesungguhnya Allah SWT memilihmu dan
memuliakanmu.
Untuk melihat tanda-tanda
kebesaran-Nya, munculnya mukjizat Isra' dan Mi'raj dalam sejarah para
nabi sebagai mukjizat satu-satunya yang tiada tandingannya
dibandingkan dengan kisah nabi yang lain. Kita mengetahui bahawa di
deretan para nabi ada nabi-nabi yang dinamakan oleh Allah SWT sebagai
para kekasih-Nya dan sebagai para pendamping-Nya, seperti Nabi
Ibrahim. Kita juga melihat bahawa di antara para nabi ada seseorang
yang diajak bicara oleh Allah SWT tanpa perantara, seperti Nabi Musa.
Kita juga melihat di antara para nabi ada yang didukung oleh Allah
SWT dengan Ruhul kudus, seperti Nabi Isa. Tetapi untuk pertama
kalinya kita berada di hadapan seorang nabi yang diajak dan dipanggil
oleh Allah SWT untuk menuju ke sisi-Nya.
Beliau naik bersama Jibril dengan
jasadnya dan rohaninya sehingga Jibril berdiri di suatu tempat dan
Nabi maju sendirian. Itu adalah tingkat dari tingkat kehormatan di
mana pena terasa keluh untuk mengungkapkannya dan sejarawan tidak
dapat menulis apa yang terjadi saat itu. Kita telah melihat dalam
kisah para nabi seorang nabi yang meminta kepada Tuhannya agar
memperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan orang-orang yang
mati. Allah SWT bertanya kepadanya, apakah ia belum beriman akan hal
itu? Ibrahim menjawab: bahawa ia beriman tetapi ia ingin menenangkan
hatinya.
Kita
juga melihat dalam kisah para nabi seorang nabi yang cintanya kepada
Allah SWT memancar dalam kalbunya sehingga ia meminta: "Ya
Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau". (QS. al-A'raf: 143)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar