Datanglah waktu pagi di Badar
lalu kaum Quraisy mulai menyerang, lalu Nabi memerintahkan pasukan
Muslim untuk bertahan. Rasulullah saw bersabda: "Jika musuh
mengepung kalian, maka usirlah mereka dengan panah dan janganlah
kalian menyerang mereka sehingga kalian diperintahkan."
Demikianlah ketetapan militer
yang sangat jitu yang bererti hendaklah kaum Muslim membentengi
mereka di tempat-tempat mereka agar orang-orang musyrik mendapatkan
kerugian dari serangan yang mereka lakukan. Kita mengetahui dari ilmu
militer saat ini bahawa seorang yang menyerang memerlukan tiga atau
tiga kali lipat dari jumlah yang biasa dilakukan sehingga serangannya
betul-betul efektif; kita mengetahui bahawa jumlah pasukan musyrik
tiga kali lipat dibandingkan dengan tentera Muslim. Kaum musyrik di
lihat dari segi jumlah sangat memadai untuk memenangkan peperangan,
dan persenjataan mereka lebih lengkap dari persenjataan kaum Muslim.
Jumlah haiwan yang mereka miliki pun sama dengan jumlah mereka,
sedangkan tiap tiga orang Muslim berperang di atas satu tunggangan.
Keadaan saat itu sangat
menguntungkan kaum musyrik. Tanda-tanda kemenangan tampak menyertai
bendera kaum musyrik, tetapi kemenangan peperangan bukan kerana
kebesaran jumlah pasukan dan persenjataan yang lengkap. Terkadang
peperangan justru dimenangkan oleh unsur spirituil yang tidak
kelihatan. Spirituil tentera dan keimanannya tentang persoalan yang
dipertahankannya serta keinginannya untuk mendapatkan dua kebaikan:
kemenangan atau kematian dan hasratnya yang tinggi untuk meneguk madu
syahadah, semua itu dapat mengubah seorang tentera menjadi makhluk
yang tidak terkalahkan. Boleh jadi ia akan merasakan kematian tetapi
jauh dari kekalahan. Demikianlah keadaan pasukan Muslim.
Sementara itu debu-debu
berterbangan di atas kepala pasukan yang bertempur dan kaum Muslim
mencurahkan tenaga yang keras dalam peperangan itu. Ketika dua
pasukan saling bertemu dan bertempur, Nabi saw melihat mereka, lalu
Nabi saw menyaksikan pasukannya terjepit. Pasukan yang berjumlah
sedikit dengan persenjataan yang tidak lengkap itu kini ditekan oleh
orang kafir. Dalam keadaan demikian, Nabi saw meminta pertolongan
kepada Tuhannya: 'Ya Allah, kirimkanlah bantuan dan pertolongan-Mu.
Ya Allah, wujudkanlah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, jika kelompok ini
dihancurkan, maka Engkau tidak akan disembah setelahnya di muka
bumi." Renungkanlah, bagaimana kesedihan Nabi saat terjadi
peperangan itu. Oleh kerana itu, kita dapat memahami mengapa Nabi saw
meminta agar pasukannya dimenangkan.
Pemimpin pasukan tertinggi
Muhammad bin Abdillah keluar berperang di jalan Allah SWT dan saat
ini kematian sedang mengitari kaum Muslim, lalu apa yang difikirkan
oleh Nabi saw pada keadaan yang sulit tersebut? Pemikiran Nabi saw
melebihi hal yang sekarang dan menuju pada hal yang akan datang, dan
yang menjadi fokus Nabi adalah penyembahan Allah SWT di muka bumi:
"Ya Allah, jika kelompok ini dihancurkan, maka Engkau tidak akan
disembah setelahnya di muka bumi."
Nabi tidak terlalu mengkhuatirkan
kehancuran kaum Muslim kerana Nabi justru mengkhuatirkan sesuatu yang
lebih besar dari itu. Yang beliau khuatirkan adalah penyembahan
kepada Allah SWT akan berhenti di muka bumi. Oleh kerana itu, Nabi
meminta tolong kepada Tuhannya dan mengingatkan kembali kepada
Tuhannya dan Allah SWT lebih tahu dari hal itu. Kemudian turunlah
bala tentera malaikat yang dipimpin oleh Jibril.
Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika kamu
memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu:
'Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan
seribu malaikat yang datang berturut-turut.' Dan Allah tidak
menjadikannya (mengirim bantuan itu), melainkan sebagai khabar
gembira dan agar hatimu menjadi tenteram kerananya. Dan kemenangan
itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana." (QS. al-Anfal: 9-10)
Setelah itu Nabi saw menghampiri
sahabat Abu Bakar dan berkata: "Sampaikan berita gembira wahai
Abu Bakar, sesungguhnya telah datang kepadamu bantuan dari Allah
SWT."
Turunnya para malaikat merupakan
cara untuk meneguhkan kaum Muslim dan berita gembira kepada mereka.
Mukjizat itu bukan terletak pada penyertaan para malaikat dalam
peperangan, namun melalui nas-nas ditegaskan bahawa peranan malaikat
tidak lebih dari sekadar membawa berita gembira dan memberikan
dukungan moril serta memenuhi hati dengan ketenangan. Kami kira
bahawa Allah SWT ingin agar para malaikat menyaksikan manusia-manusia
malaikat yang mempertahankan akidah tauhid.
Demikianlah Allah SWT mewahyukan
kepada malaikat bahawa Dia bersama mereka. Oleh kerana itu, hendaklah
orang-orang yang beriman merasa tenang dan kebenaran akan tertancap
pada hati mereka sedangkan orang-orang kafir pasti akan merasakan
ketakutan.
Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika
Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku bersama
kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.'
Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang
kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung
jari mereka. (Ketentuan) yang demikian itu adalah kerana sesungguhnya
mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barang siapa menentang
Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras seksaan-Nya.
Itulah (hukum dunia yang ditimpakan atasmu), maka rasakanlah hukuman
itu. Sesungguhnya bagi orang-orang yang kafir itu ada (lagi) azab
neraka." (QS. al-Anfal: 12-14)
Lalu orang-orang kafir pun
mengalami kekalahan. Setelah peperangan itu, terbunuhlah tujuh puluh
kafir dan tujuh puluh tawanan dari mereka dan sebahagian pasukan
melarikan diri. Runtuhlah tokoh-tokoh kebencian dan kelaliman di
peperangan tersebut. Hancurlahlah Abu Jahal, pemimpin pasukan, dan
pahlawan-pahlawan Mekah kini terkapar.
Rasulullah saw berdiri di depan
bangkai-bangkai orang-orang kafir dan berkata: "Wahai Utbah bin
Rabi'ah, wahai Syaibah bin Rabi'ah, wahai Umayah bin Khalf, wahai Abu
Jahal bin Hisam, apakah kalian menemukan apa yang dijanjikan oleh
tuhan kalian kepada kalian. Sungguh aku telah menemukan apa yang
dijanjikan Tuhanku." Orang-orang Muslim berkata: "Ya
Rasulullah, apakah engkau memanggil kaum yang sudah mati?"
Rasulullah berkata: "Kalian tidak mengetahui apa yang aku
katakan kepada mereka, tetapi mereka tidak mampu menjawab
perkataanku." Rasulullah saw tinggal tiga malam di Badar
kemudian beliau kembali ke Madinah. Di depan beliau terdapat
tawanan-tawanan perang dan ganimah.
Kaum Muslim sangat menanggung
beban berat dengan banyaknya tawanan perang. Mula-mula Rasulullah saw
bermusyawarah dengan sahabat Abu Bakar dan Umar. Abu Bakar berkata:
"Ya Rasulullah, mereka adalah keturunan dari saudara-saudara dan
keluarga, dan aku melihat lebih baik engkau mengambil fidyah
(tebusan) dari mereka sehingga apa yang engkau ambil tersebut
merupakan kekuatan bagi kita terhadap orang-orang kafir, dan
mudah-mudahan Allah SWT memberi petunjuk kepada mereka sehingga
mereka menjadi tulang punggung kita."
Kemudian Rasulullah saw menoleh
kepada Umar bin Khattab sambil berkata, "bagaimana pendapatmu
wahai Ibnul Khattab?" Lelaki itu berkata: "Demi Allah, aku
tidak sependapat dengan apa yang dikatakan Abu Bakar tetapi aku
berpendapat, seandainya aku mampu untuk bertemu dengan salah seorang
kerabatku, maka aku akan memukul lehernya, dan seandainya Ali mampu
bertemu dengan keluarganya, maka ia pun akan memukul lehernya begitu
Hamzah sehingga Allah SWT mengetahui bahawa tidak ada di hati kita
kelembutan kepada kaum musyrik."
Pasukan Madinah dan pasukan Mekah
terdiri dari keluarga-keluarga yang terikat hubungan kekerabatan,
namun kehendak Allah SWT menetapkan terjadinya peperangan sesama
keluarga: antara anak dan orang tuanya. Umar menginginkan agar
keadaan demikian terus berlanjut sehingga orang-orang musyrik
mengetahui bahawa Islam tidak ingin berdamai. Kemudian Selesailah
urusan itu dan terjadi peperangan di jalan Allah SWT dan mengangkat
senjata dan berperang adalah suatu kewajipan yang tiada keraguan di
dalamnya. Nabi saw menoleh kepada kaum Muslim dan mendapati
sebahagian besar mereka cenderung kepada pendapat Abu Bakar. Nabi saw
mengikuti pendapat majoriti saat itu. Pendapat majoriti salah dan
hanya Umar yang benar.
Ini adalah peperangan pertama
yang dilalui oleh Islam. Hendaklah kaum Muslim harus meninggalkan
dorongan kemanusiaan mereka, yakni orang- orang kafir harus dibunuh
agar musuh-musuh Allah SWT mengetahui bahawa Islam telah memilih
darah. Allah SWT telah mendukung Umar bin Khattab dalam Al-Qur'an
sehingga Nabi saw dan Abu Bakar menangis ketika keduanya menyedari
kesalahan mereka pada hari berikutnya, lalu Umar memergoki mereka
dalam keadaan menangis dan ia bertanya, "apa yang menyebabkan
Rasulullah saw dan temannya di gua menangis?" Kemudian
Rasulullah saw membaca Al-Qur'an:
"Tidak patut bagi seorang
Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka
bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah
menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah
terdahulu dari Allah, nescaya kamu ditimpa seksaan yang besar kerana
tebusan yang kamu ambil." (QS. al-Anfal: 67-68)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar