KISAH NABI
ILYAS A.S.
Ilyas (bahasa
Arab: إلياس )
(sekitar 910-850 SM) adalah seorang utusan Allah.
Ilyas merupakan keturunan ke-4 dari Nabi Harun.
Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 870 SM dan ditugaskan berdakwah
kepada orang-orang Finisia dan Bani
Israel yang
menyembah berhala bernama Baal di
Ba'labak, Syam.
Namanya disebutkan sebanyak 2 kali di dalam Al-Quran. Menurut kisah
Islam ia tidak wafat tapi diangkat ke sisi Allah.
Ilyas
bin Yasin bin Fanhas dari keturunan Harun bin
Imran
Kisah Ilyas
Nabi Ilyas diutus kepada penduduk
Baalbek, sebelah barat Kota Damaskus (Libanon Timur sekarang). Dia
mengajak kaumnya beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan
penyembahan terhadap patung yang mereka namakan Ba`la. Hal inilah
yang mengakibatkan mereka menganiayanya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa
Ilyas adalah paman Nabi Ilyasak.
namun betapapun gigihnya Nabi
Ilyas berdakwah, kaumnya tidak mau mendengarkannya. Maka Allah
menghukum mereka dengan azab didunia dan akhirat.
Selepas kematian Nabi Sulaiman
A.S., kerajaan telah mengalami perpecahan. Pengaruh syaitan telah
berleluasa. Manusia yang beragama diejek-ejek. Undang-undang Somaria
telah membunuh kebanyakan golongan yang mengetahui dan mengikuti
akidah yang sebenar. Pengaruh kejahatan menjadi semakin buruk dan
Allah telah menghantar Nabi Ilyas A.S. untuk memulihkan manusia pada
zaman pemerintahan Raja Ahab dari Israil. Baginda berusaha berusaha
bersungguh-sungguh untuk menyelamatkan manusia daripada mempercayai
banyak tuhan dan melarang mereka menyembah Tyrian Bal. Nabi
Ilyas berulang kali memperingatkan kaumnya, namun mereka tetap
durhaka. Karena itulah Allah menurunkan musibah kekeringan selama
bertahun-tahun, sehingga mereka baru tersadar bahwa seruan Nabi Ilyas
itu benar. Setelah kaumnya tersadar, Nabi Ilyas AS berdoa kepada
Allah SWT agar musibah kekeringan itu dihentikan. Namun setelah
musibah itu berhenti, dan perekonomian mereka memulih, mereka kembali
durhaka kepada Allah SWT. Akhirnya kaum Nabi Ilyas kembali ditimpa
musibah yang lebih berat daripada sebelumnya, yaitu gempa bumi yang
dahsyat sehingga mereka mati bergelimpangan.
Selesailah
halaman kehidupan dunia dan mereka dihadirkan di hadapan Allah pada
hari kiamat. Allah
menceritakan hal tersebut dalam firman-Nya:
“
|
Dan
sesungguhnya Ilyas termasuk salah seorang dari rasul-rasul.
(Ingatlah) ketika ia berkata kepada kaumnya: 'Mengapa kamu tidak
bertakwa? Pantaskah kamu menyembah Ba'l dan kamu tinggalkan
sebaik-baik Pencipta, yaitu Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu
yang terdahulu?' Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka
akan diseret (ke neraka), kecuali hamba-hamba Allah yang
dibersihkan (dari dosa). Dan Kami abadikan untuk Ilyas (pujian
yang baik) di halangan orang-orang yang datang kemudian. (Yaitu)
kesejahteran dilimpahkan atas Ilyas? Sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan hepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya
dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman." (QS.
ash-Shaffat: 123-132)
|
”
|
Hanya
ayat-ayat yang pendek ini yang Allah sebutkan berkaitan dengan kisah
Nabi Ilyas. Dan pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang
menyatakan bahwa Ilyas adalah seorang Nabi yang bernama Ilya dalam
Taurat. Injil
Barnabas mengemukakan
nasihat-nasihat Ilya. Tentu nasihat-nasihat tersebut tidak begitu
terkenal dalam Taurat. Kami akan menyebutkan nasihat-nasihat tersebut
karena di dalamnya terdapat hikmah yang dalam dan ketulusan hati.
Pesan tersebut terdapat dalam injil Barnabas dari ayat 23 sampai ayat
49. Disebutkan di dalamnya bahwa
"Ilyas
adalah hamba Allah. Hal ini ditulis bagi semua orang yang
menginginkan untuk berjalan bersama Allah Pencipta mereka.
Sesungguhnya orang yang suka untuk banyak belajar maka ia akan
sedikit takut kepada Allah. Karena
orang yang takut kepada Allah maka ia akan merasa puas untuk
mengetahui apa-apa yang diinginkan Allah saja. Hendaklah orang-orang
yang menginginkan untuk mengerjakan amal-amal yang saleh
memperhatikan diri mereka karena seseorang tidak akan memperoleh
manfaat ketika mendapati dunia mendapatkan keuntungan sementara ia
mendapati kerugian.
Selanjutnya,
hendaklah orang yang mengajari orang lain berusaha untuk lebih baik
daripada orang lain karena tidak akan bermanfaat suatu nasihat yang
diberikan oleh orang yang tidak mengamalkan apa yang dikatakannya.
Sebab, bagaimana seorang yang salah dapat memperbaiki kehidupannya
sementara ia mendengar seorang yang lebih buruk darinya berusaha
untuk mengajarinya. Kemudian hendaklah orang yang mencari Allah
berusaha lari dari percakapan dengan manusia karena Musa ketika
berada sendirian di atas gunung Saina' maka beliau menemukan Allah
dan berdialog dengan-Nya sebagaimana seorang pecinta berdialog dengan
kekasihnya.
Dan
hendaklah orang-orang yang mencari Allah berusaha keluar sekali
setiap tiga puluh kali ke tempat yang biasa di jadikan perkumpulan
oleh masyarakat dunia. Karena boleh jadi ia dapat melakukan suatu
amal pada satu hari saja namun dihitung amalnya itu selama dua tahun,
khususnya berkaitan dengan pekerjaan yang di situ ia mencari ridha
Allah. Hendaklah ketika ia berbicara tidak melihat ke arah mana pun
kecuali ke arah dua kakinya, dan ketika ia berbicara hendaklah
mengatakan hal yang penting saja. Hendaklah ketika ia makan tidak
berdiri dari meja makan dalam keadaan kekenyangan.
Dan
hendaklah mereka berpikir setiap hari karena boleh jadi mereka tidak
akan menemui hari berikutnya. Dan hendaklah mereka benar-benar
memanfaatkan waktu mereka sebagaimana mereka selalu bernapas.
Hendaklah satu baju dari kulit binatang cukup untuk mereka. Hendaklah
mereka setiap malam berusaha untuk tidur tidak lebih dari dua jam.
Hendaklah mereka berusaha berdiri di tengah-tengah salat dengan rasa
takut.
Kerjakanlah
semua ini dalam rangka mengabdi kepada Allah dengan menjunjung tinggi
syariat-Nya yang Allah SWT karuniakan kepada kalian melalui Nabi
Musa. Karena dengan cara seperti ini, kalian akan menemukan Allah SWT
dan kalian akan merasakan pada setiap zaman dan tempat bahwa kalian
berada di bawah naungan Allah dan Dia akan selalu bersama kalian."
Demikianlah apa-apa yang disebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar